RSS

3K yang Dibutuhkan Mejadi Mahasiswa Berintegritas

Menjadi  seorang mahasiswa adalah hal yang mudah untuk dilakukan oleh sebagian besar orang. Tetapi menjadi mahasiswa yang bertanggungjawab serta memiliki integritas yang tinggi bukanlah hal yang mudah. Tentunya sebagai mahasiswa kita akan dituntut untuk menjadi solusi bagi masalah di sekitar kita. Karena mahasiswa adalah tonggak acuan kemajuan suatu bangsa. Untuk itu, kita perlu memiliki beberapa sikap (sifat) yang diharapkan dimiliki oleh seorang mahasiswa yang berkomitmen dan memiliki integritas tinggi. Ketiga sikap ini sering disebut sebagai K3, yakni :


1. Kritis

Kritis adalah suatu sikap proaktif yang peduli terhadap lingkungannya. Mereka yang bersikap kritis akan selalu mencari kebenaran dari setiap hal yang mereka dapat, sehingga dapat mem-filter hal yang baik dengan yang buruk. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kristis berarti bersifat tidak lekas percaya, selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan serta tajam dalam penganalisisan. Kritis juga bisa berarti selalu ingin tahu terhadap keadaan yang sebenarnya.

Banyak hal yang positif yang dapat kita raih dengan  bersikap kritis. Dengan bersikap kritis, kita akan menjadi orang yang dapat diandalkan karena selalu memegang kebenaran dan fakta yang banyak diabaikan oleh orang lain. Orang yang kritis tidak akan mengikuti arus jaman dengan mudah. Mereka selalu memiliki prinsip-prinsip yang dipegang dengan teguh sehingga jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip yang ada pada diri mereka, mereka akan mencoba untuk mencari lebih jauh bukti-bukti yang dapat meyakninkan mereka bahwa hal tersebut benar. Selain itu, mereka akan lebih dalam melakukan penganalisisan terhadap suatu masalah. Sehingga terkadang mereka akan menemukan masalah diantara solusi padahal orang lain tidak dapat melihatnya. Atau sebaliknya. Mereka dapat menemukan secercah solusi di antara masalah padahal orang lain sedang sibuk merangkai solusi dengan masalahnya yang berbelit-belit.

Akan tetapi bersikap kritis yang berlebihan dan tidak pada tempatnya  juga akan menimbulkan efek yang buruk bagi diri kita maupun orang lain yang berinteraksi dengan kita. Sebagai contoh, ketika kita bersikap sangat kritis, kita cenderung menjadi orang yang tidak mudah percaya dengan orang lain sehingga menyebabkan kita mudah curiga pada hal-hal yang seharusnya tidak perlu dicurigai. Selain itu, orang lain juga akan merasa terganggu oleh keingintahuan kita yang melebihi pada porsinya. Bukan hal yang tidak mungkin jika suatu saat partner atau orang yang berinteraksi dengan kita menjadi tersinggung karena sikap kita yang cenderung selalu mencari kesalahan-kesalahan orang karena terlalu kritis. Ini tentunya akan membuat relasi kita dengan orang yang akan kita ajak berkerjasama menjadi tidak harmonis.


2. Kreatif

Kreatif ialah suatu sikap yang selalu ingin menghasilkan suatu karya atau inovasi dengan hal-hal yang berasal dari buah pikirannya sendiri. Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa kreatif adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Orang yang kreatif akan selalu terpicu untuk melakukan suatu perubahan jika melihat masalah yang menghadangnya walaupun banyak keterbatasan yang akan ia temui. Mereka yang kreatif akan selalu bisa melihat celah kesempatan dalam setiap keterbatasan. Seperti kata pepatah, tiada rotan, akar pun jadi. Peribahasa ini juga menunjukkan bahwa dengan sedikit berimajinasi, kita dapat menyelesaikan suatu masalah dengan melihat solusi dari sudut pandang dan dengan kacamata yang berbeda.

Kreativitas merupakan suatu sifat yang dibutuhkan sebuah bangsa untuk maju dalam berbagai bidang, baik ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya, ekonomi, maupun politik. Sedikit bercerita mengenai secuplik sejarah negara Jepang. Setelah Perang Dunia II pada tahun 1945, bangsa Jepang ditinggalkan oleh lawan dan sekutunya dalam keadaan terpuruk dan sangat menyedihkan. Banyak korban perang yang terkena efek radiasi dari bom nuklir Amerika Serikat, sumber mata air menjadi rusak dan tanah tandus yang tidak dapat didiami tumbuhan adalah beberapa akibat dari perang tersebut. Akan tetapi dengan segala keterbatasan tersebut, mereka menjadi termotivasi untuk dapat bertahan. Mereka bekerja keras tak kenal lelah, mencari cara untuk mengatasi setiap masalah bangsa mereka. Akhirnya kreativitas mereka terasah.

Banyak teknologi yang sudah diciptakan dari hasil pemikiran bangsa Jepang. Tenaga nuklir yang sebelumnya menjadi momok menakutkan bagi mereka, justru malah berperan penting dalam pembangunan fasilitas dan prasarana negara mereka. Mereka jadikan tenaga nuklir tersebut menjadi sumber energi listrik yang dapat memenuhi kebutuhan cahaya di seluruh kota ketika gelap. Tanah tandus bersalju yang tidak dapat mereka tanami, akhirnya membuahkan hasil dengan ditemukannya teknologi penyimpanan energy seperti panel surya (solar cell). Sumber mata air yang tercemar dapat mereka atasi dengan teknologi yang berlevel tinggi. Tak hanya sebatas itu, kreativitas mereka semakin berkembang dengan dibuktikannya perkembangan teknologi transportasi, informasi, dan komunikasi yang semakin canggih. Seperti yang kita lihat saat ini, 68 tahun kemudian, Jepang telah menjadi salah satu Negara yang mapan dengan fasilitas hidup yang setara dengan negara-negara maju di Eropa. Jepang juga dijuluki sebagai macan Asia dan menjadi pusat teknologi di Asia (bahkan dunia).

Menyadur dari pelajaran yang dapat kita ambil dari sejarah Negara Jepang, ternyata, keterbatasan bukan penghalang mahasiswa untuk berhenti berkarya dan berinovasi untuk mencari solusi masalah. Dengan kreativitas kita dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan kita dengan alternatif yang sedikit berbeda. Dan justru dengan melakukan sedikit hal yang berbeda itulah, kita dapat melakukan perubahan untuk memperbaiki bangsa ini.


3. Konstruktif

Sikap terakhir yang menjadi ciri khas mahasiswa yang peduli, berkomitmen serta memiliki integritas tinggi adalah sikap konstruktif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konstruktif adalah hal-hal yang bersangkutan dengan konstruksi; bersifat membina, memperbaiki, membangun, dsb. Dalam konteks ini, mahasiswa dituntut memiliki sikap konstruktif. Artinya mahasiswa menciptakan suatu solusi yang membangun dan sesuai untuk masalah yang sedang dihadapi tersebut.

Sebenarnya, sikap konstruktif ini merupakan sikap pelengkap dari sikap kritis dan kreatif. Walaupun hanya sebagai pelengkap, tetapi sikap konstruktif ini juga memiliki peranan penting untuk menyelesaikan permasalahan di sekitar kita. Karena jika kita hanya dibekali oleh sikap kritis dan kreatif, mungkin kita akan bisa menciptakan suatu inovasi, akan tetapi bisa saja inovasi atau buah karya hasil pemikiran kita tersebut tidak sesuai dengan konsep permasalahan yang ada. Sehingga bukannya menyelesaikan masalah, tapi justru dapat menambah masalah menjadi semakin kompleks.

Selain K3 yang harus dimiliki oleh mahasiswa, untuk mengatasi masalah secara tepat, kita membutuhkan melihat masalah tersebut dari berbagai kacamata, baik dari sisi Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Environmental (Lingkungan), maupun Legal (Hukum) yang biasa disingkat menjadi PESTEL. Suatu masalah semestinya memiliki sebab, dampak, serta analisis yang akan berhubungan dengan PESTEL. Dengan menganalisis masalah dari berbagai sisi, mahasiswa dapat memahami masalah dengan bijak sehingga diharapkan dapat mengatasinya dengan solusi yang bijak pula.



Bandung, 22 Agustus 2013
Dita W. Amallya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment